Aturan Gak Tertulis Bangun Boundaries Bareng Pasangan

Membangun batasan atau boundaries yang sehat dalam hubungan dengan pasangan adalah kunci untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan individu dan komitmen bersama. Meski boundaries dalam hubungan tidak selalu tertulis, ada beberapa aturan tak tertulis yang penting untuk diperhatikan agar hubungan tetap harmonis. Berikut adalah beberapa aturan yang bisa diikuti:

1. Hargai Privasi Masing-masing

Salah satu aturan dasar dalam membangun boundaries adalah menghargai privasi satu sama lain. Meskipun sudah menjadi pasangan, penting untuk memberi ruang bagi masing-masing individu untuk memiliki waktu dan ruang sendiri. Menghargai privasi bisa berupa tidak memeriksa ponsel pasangan tanpa izin atau tidak menuntut akses penuh terhadap seluruh kehidupan pribadi mereka. Ini membantu menjaga rasa saling percaya dan memberikan kebebasan yang sehat.

2. Bicarakan Batasan dengan Jelas

Komunikasi adalah kunci dalam setiap hubungan, termasuk saat membicarakan batasan. Meskipun boundaries adalah hal yang tidak selalu terlihat, pasangan harus terbuka satu sama lain mengenai apa yang mereka harapkan dan butuhkan. Diskusikan batasan seperti seberapa sering ingin menghabiskan waktu bersama, bagaimana menghadapi masalah pribadi, atau hal-hal apa saja yang ingin tetap dirahasiakan. Dengan komunikasi yang jelas, pasangan dapat menghindari kesalahpahaman dan menjaga rasa saling hormat.

3. Jangan Takut Mengatakan “Tidak”

Mengatakan “tidak” dalam hubungan bisa terasa sulit, terutama karena tidak ingin melukai perasaan pasangan. Namun, salah satu cara untuk menjaga boundaries yang sehat adalah dengan berani mengatakan “tidak” ketika sesuatu tidak sesuai dengan kenyamanan atau prinsip diri sendiri. Ini menunjukkan bahwa pasangan saling menghargai kebutuhan pribadi dan tidak memaksakan kehendak satu sama lain. Hal ini juga menghindari perasaan tertekan atau frustrasi di kemudian hari.

4. Hormati Perbedaan

Setiap orang memiliki perbedaan dalam hal cara pandang, preferensi, dan batasan pribadi. Membangun boundaries berarti menghormati perbedaan tersebut. Misalnya, jika salah satu pasangan merasa lebih nyaman untuk tidak terlalu terbuka tentang masalah keluarga, sementara yang lain lebih suka berbagi, penting untuk menemukan keseimbangan. Pasangan harus berusaha untuk memahami dan menerima perbedaan ini tanpa memaksakan satu sama lain untuk berubah.

5. Beri Ruang untuk Pertumbuhan Pribadi

Meskipun dalam hubungan romantis, penting bagi pasangan untuk tetap mendukung pertumbuhan pribadi masing-masing. Boundaries yang sehat memungkinkan individu untuk mengembangkan minat, karier, atau hobi di luar hubungan mereka. Memberikan dukungan ini tidak hanya membantu individu untuk berkembang secara pribadi, tetapi juga memperkuat hubungan karena masing-masing merasa didukung tanpa rasa terikat atau terbatas.

Apakah Ibu Hamil Boleh Naik Pesawat? Ini Penjelasan Medisnya

Bagi ibu hamil, perjalanan menggunakan pesawat terbang bisa menimbulkan berbagai pertanyaan, terutama terkait keselamatan ibu dan janin. Banyak wanita hamil merasa khawatir tentang efek terbang terhadap kehamilan mereka, termasuk kemungkinan komplikasi yang bisa timbul selama penerbangan. Namun, berdasarkan penjelasan medis, ibu hamil pada umumnya diizinkan untuk naik pesawat dengan beberapa pertimbangan tertentu.

1. Kehamilan Normal dan Aman untuk Terbang

Secara umum, ibu hamil dengan kondisi kehamilan normal dan tanpa komplikasi diperbolehkan untuk naik pesawat hingga minggu ke-36 kehamilan. Trimester kedua (minggu ke-14 hingga ke-27) sering dianggap sebagai waktu paling aman untuk bepergian, karena risiko keguguran lebih rendah dan gejala kehamilan seperti mual dan kelelahan biasanya sudah mereda. Sebelum memutuskan untuk terbang, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk memastikan bahwa kondisi ibu dan janin stabil.

2. Kondisi Khusus yang Membatasi Penerbangan

Terdapat beberapa kondisi kehamilan yang membuat ibu hamil tidak disarankan untuk naik pesawat, terutama jika terdapat risiko tinggi untuk komplikasi seperti:

  • Riwayat persalinan prematur atau ancaman kelahiran prematur.
  • Preeklamsia atau tekanan darah tinggi selama kehamilan.
  • Masalah plasenta seperti plasenta previa.
  • Kehamilan kembar yang cenderung lebih rentan terhadap komplikasi.
  • Pendarahan vagina yang tidak terjelaskan.

Bagi ibu dengan kondisi di atas, penerbangan bisa meningkatkan risiko komplikasi dan sebaiknya dihindari, terutama di trimester ketiga.

3. Risiko Selama Penerbangan

Meskipun aman bagi kebanyakan ibu hamil, terbang tetap memiliki beberapa risiko yang perlu diperhatikan, antara lain:

  • Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki akibat duduk dalam waktu lama di kursi pesawat. Untuk mengurangi risiko ini, disarankan untuk berjalan-jalan di lorong pesawat setiap beberapa jam dan melakukan peregangan kaki.
  • Risiko penggumpalan darah (deep vein thrombosis/DVT) bisa meningkat selama penerbangan, terutama pada penerbangan yang berlangsung lebih dari empat jam. Untuk menghindari hal ini, ibu hamil bisa menggunakan kaus kaki kompresi dan tetap bergerak secara berkala.
  • Paparan radiasi kosmik pada penerbangan jarak jauh yang sangat tinggi, meskipun dalam jumlah kecil, masih perlu diperhatikan bagi mereka yang sering bepergian menggunakan pesawat, seperti awak kabin.

Manfaat Jalan Mundur untuk Kesehatan, yuk Cobain!

Jalan mundur mungkin terdengar aneh atau tidak lazim bagi sebagian orang, namun jenis aktivitas fisik ini ternyata memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Meski terlihat sederhana, jalan mundur bisa memberikan dampak positif yang signifikan pada tubuh, terutama dalam hal kebugaran dan keseimbangan. Berikut adalah beberapa manfaat jalan mundur yang mungkin membuat Anda tertarik untuk mencobanya:

1. Melatih Keseimbangan dan Koordinasi

Salah satu manfaat utama jalan mundur adalah kemampuannya untuk melatih keseimbangan dan koordinasi tubuh. Saat berjalan mundur, otak perlu bekerja lebih keras untuk mengontrol gerakan karena pola berjalan ini tidak biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Ini membantu meningkatkan kemampuan otak dalam mengatur gerakan tubuh, serta meningkatkan stabilitas dan keseimbangan. Bagi orang lanjut usia, jalan mundur bisa menjadi cara yang efektif untuk mencegah jatuh atau kecelakaan akibat ketidakseimbangan.

2. Mengurangi Tekanan pada Lutut

Jika Anda sering merasa nyeri atau tidak nyaman pada lutut ketika berjalan maju, berjalan mundur bisa menjadi alternatif yang lebih nyaman. Berjalan mundur cenderung mengurangi beban yang diberikan pada lutut karena tekanan difokuskan pada otot-otot yang berbeda, seperti paha belakang dan betis. Ini membuat jalan mundur menjadi pilihan olahraga yang baik bagi mereka yang memiliki masalah lutut atau sendi.

3. Meningkatkan Kekuatan Otot

Jalan mundur melibatkan otot-otot yang jarang digunakan ketika berjalan maju, terutama otot paha belakang, betis, dan pinggul. Ketika Anda berjalan mundur, otot-otot tersebut bekerja lebih keras untuk menjaga stabilitas tubuh, sehingga kekuatan otot secara keseluruhan akan meningkat seiring waktu. Latihan ini juga dapat membantu memperbaiki postur tubuh dan mengurangi risiko cedera.

4. Membakar Lebih Banyak Kalori

Meski terlihat sederhana, jalan mundur ternyata lebih menantang daripada berjalan maju. Tubuh membutuhkan energi lebih untuk menjaga keseimbangan dan koordinasi saat bergerak mundur, sehingga kalori yang dibakar juga lebih banyak. Menurut beberapa penelitian, berjalan mundur dapat membakar kalori hingga 40% lebih banyak dibandingkan dengan berjalan maju pada kecepatan yang sama. Oleh karena itu, jalan mundur bisa menjadi pilihan olahraga yang efektif untuk membantu program penurunan berat badan.

Cara Parenting Harus Dihindari Agar Anak Miliki Self-Esteem Tinggi

Memiliki self-esteem yang tinggi pada anak merupakan salah satu tujuan utama dalam parenting, karena self-esteem yang sehat mendukung perkembangan emosional dan sosial anak. Namun, beberapa gaya atau pendekatan parenting dapat berdampak negatif pada self-esteem anak. Berikut adalah beberapa cara parenting yang harus dihindari agar anak memiliki self-esteem yang tinggi:

**1. Terlalu Kritis dan Menghakimi

Memberikan kritik yang berlebihan atau menghakimi anak dapat merusak kepercayaan diri mereka. Jika anak sering merasa tidak pernah cukup baik atau merasa bahwa apapun yang mereka lakukan tidak pernah memenuhi harapan orang tua, mereka bisa kehilangan rasa percaya diri. Alih-alih mengkritik, berikan umpan balik yang konstruktif dan fokus pada usaha dan perbaikan, bukan pada kesalahan atau kegagalan.

**2. Terlalu Banyak Memberikan Pujian yang Tidak Layak

Pujian yang tidak layak atau terlalu berlebihan dapat mengurangi makna pujian itu sendiri. Jika anak dipuji untuk setiap tindakan kecil, mereka mungkin menjadi tergantung pada pujian eksternal untuk merasa baik tentang diri mereka sendiri. Sebaliknya, berikan pujian yang spesifik dan jujur, serta dorong anak untuk mengapresiasi usaha dan pencapaian mereka sendiri.

**3. Membandingkan Anak dengan Orang Lain

Membandingkan anak dengan saudara kandung, teman, atau anak-anak lain dapat merusak self-esteem mereka dan menimbulkan rasa tidak puas. Anak mungkin merasa bahwa mereka tidak pernah bisa memenuhi standar yang ditetapkan oleh perbandingan tersebut. Fokuslah pada pencapaian dan kekuatan anak secara individu tanpa membandingkan mereka dengan orang lain.

**4. Mengabaikan Perasaan Anak

Mengabaikan atau meremehkan perasaan anak, baik itu rasa takut, sedih, atau marah, dapat membuat mereka merasa bahwa perasaan mereka tidak valid atau tidak penting. Anak yang merasa diperhatikan dan dipahami cenderung memiliki self-esteem yang lebih baik. Tunjukkan empati dan dukungan terhadap perasaan mereka dan bantu mereka mengelola emosi dengan cara yang sehat.

**5. Menggunakan Hukuman Fisik atau Psikologis

Hukuman fisik atau psikologis seperti pemaluan atau penghinaan dapat memiliki dampak yang sangat negatif pada self-esteem anak. Hukuman ini dapat menyebabkan rasa malu, ketidakberdayaan, dan kehilangan rasa diri yang positif. Sebagai gantinya, gunakan metode disiplin yang berbasis pada konsekuensi logis dan ajarkan anak tentang tanggung jawab dan pembelajaran dari kesalahan.