Sebuah cerita tentang skala berhemat untuk diri sendiri

Ketika kita memiliki mimpi mengejar kemerdekaan finansial, ingin memiliki kehidupan yang mapan dan seimbang sebelum berusia tua, maka sudah sewajarnya ada beberapa faktor yang harus kita korbankan atau perjuangkan. Salah satu faktor pentingnya adalah tentang hidup hemat. Seberapa jauhkah kita rela berhemat hari ini demi mengejar mimpi kita di hari esok?

Bagi orang yang defaultnya memang pelit, berhemat dapat menjadi hal yang mudah. Namun bagi orang yang berjiwa sultan, penghematan tentu membutuhkan usaha luar biasa. Faktor tingkat pendapatan juga menentukan. Akan jauh lebih mudah berhemat bagi orang yang pendapatannya 25 juta daripada yang hanya memiliki pendapatan 2,5 juta, dimana uang untuk hidup saja masih sulit..

Jangan juga keliru berhemat hingga mengorbankan untuk hal yang produktif. Harus selalu diingat analoginya perusahaan startup yang kerap membakar uang demi mengejar pertumbuhan hingga ke level optimal. Kita juga harus memprioritaskan perkembangan diri kita, yang merupakan mesin utama kita dalam mengejar kemerdekaan finansial. Berhemat ala kita berbeda dengan berhemat ala orang lain. Berhemat bisa dimulai dari hal-hal kecil.

Contoh saya dulu sempat terbiasa lifestyle selalu mengkopi cantik setiap pagi dan makan siang di hari kerja, dimana harganya bahkan lebih mahal dari makanannya. Dan yang lebih buruk, bahkan saya tidak suka kopinya!! Sekarang saya bisa sedikit berhemat dengan kopi-kopi lokal yang rasanya lebih saya sukai, dan lebih ramah kantong.
Bila bagi saya itu sudah lumayan maka bagi teman saya masihlah boros.

Dengan gajinya yang sudah dua digit besar, dia masih mempertahankan gaya hidup ala mahasiswa. Contoh saja dia gemar mengantri di bank untuk transfer ke bank lain demi menghemat biaya 6500 perak. Namun itu masi kalah berhematnya dibandingkan grup emak – emak teman kantor saya.

Ketika makan siang di luar mereka selalu membawa minum sendiri, termasuk ketika makan di restoran yang ada gambar dilarang bawa minum, dan yang lebih keren nya mereka selalu “meyakinkan” waiter untuk bisa pembayaran split bill bayar per orang demi memaksimalkan promo diskon online payment.

Soal hemat emak-emak emang ga ada lawan!!

Di mata saya, teman saya itu hemat. Namun di mata emak-emak, teman saya masihlah boros. Skala berhemat setiap orang berbeda-beda. Makanya lebih tepat mengukur membandingkannya dengan diri kita sendiri.

Berhemat dalam ukuran saya, adalah yang tetap membuat saya nyaman, bukan berarti tetap foya foya, tapi juga bukan yang membuat saya menderita.